Sejak diakui dan ditetapkannya batik sebagai warisan budaya Indonesia
oleh Unesco pada 2 Oktober 2009, batik menjadi dresscode di hampir
seluruh pelosok negeri ini. Walaupun tentu saja masih perlu
dipertanyakan apakah semua yang dikenakan memang benar batik.
Berbarengan dengan demam batik pasca pengakuan dan penetapan
tersebut membuat batik tulis pun menjadi salah satu kegiatan ekstra
kurikuler di berbagai sekolah, terutama di Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY) dan Jawa Tengah. Kegiatan ini menarik minat siswa, mulai SD hingga
SLTA.
Salah satu sekolah yang menjadikan membuat batik tulis sebagai salah
satu kegiatan ekstra kurikuler adalah SMP Negeri 3 Sewon, Bantul, DIY.
Di sekolah yang terletak di tengah dusun Kaliputih, Pendowoharjo,
Sewon, ini kegiatan membuat batik tulis diberikan kepada siswa kelas 1
(VII) hingga kelas 3 (IX).
Yang menarik, untuk siswa kelas 3 atau kelas IX, proyek membuat
batik tulis bukan sekadar untuk mendapat nilai dari guru seni. Proyek
anak-anak kelas 3 ini, laki-laki maupun perempuan, tak main-main: yaitu
setiap anak membuat batik tulis di selembar kain berukuran 105/110 x 200
cm, kemudian batik tulis ini dijadikan baju seragam masing-masing.
Proyek membuat batik tulis untuk seragam sendiri ini dimulai
September 2012 lalu dan sebagian besar siswa bisa menyelesaikan seluruh
proses pada bulan Oktober. Bantuan dari guru hanya pada membuat gambar
master (dipakai untuk pola semua) yang kemudian digandakan oleh
masing-masing siswa dan proses peracikan pewarna dan proses pencelupan.
Pekerjaan selebihnya, mulai menggambar pola (nyoret atau molani), nglowong (membuat outline di gambar pola dengan malam yang ditorehkan menggunakan canthing), nyecek (memberi titik-titik), nyelup (mencelup ke pewarna), nembok (menutup dengan malam bagian yang akan dipertahankan warnanya), mencelup lagi, hingga nglorod (melepas malam
dengan mencelup-celupkan di air mendidih) dilakukan anak-anak. Untuk
mencelup dan nglorod ada yang melakukannya secara berkelompok. Cara
berkelompok memang lebih ekonomis, lebih hemat.
Wajah-wajah senang terlihat ketika batik yang telah selesai di-lorod
kering. Pada saat itulah hasil akhir dari kerja susah payah mereka bisa
terlihat, yaitu selembar kain batik tulis. Dan ini tinggal dibawa ke
penjahit untuk dijadikan selembar baju seragam. Inilah seragam batik
tulis karya sendiri. Karya anak-anak.
Maka, dengan cara seperti ini ekskul membuat batik tulis pun tidak
sekadar mengenalkan siswa kepada teknik membatik, tapi lebih dari itu
memberikan kebanggaan kepada mereka bahwa mereka bisa menghasilkan karya
yang tak kalah dengan para pembatik. Apalagi, karya ini mereka pakai
sebagai seragam kebanggaan
by Siti Shofiyanah
Abs. 29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar